7 Cara Menulis Artikel Yang Disukai Koran
Oleh Harmen Batubara
Mengirimkan artikel ke Koran atau
umumnya kolom opini di media massa, mungkin menjadi dambaan bagi para penulis.
Entah menulis untuk koran berskala
nasional atau pun lokal, yang jelas ada prestise tersendiri bagi penulisnya
serta kepuasan berbagi perspektif pada masyarakat. Namun demikian, kita harus
punya perhitungan, sebab kita akan bersaing dengan banyak penulis profesional.
Keraskah persaingan itu? Jawabnya tentu relative. Kalau tulisan anda memang
bagus dan berkualitas serta pada waktu yang tepat, maka kemungkinan artikel
anda untuk dimuat besar sekali. Tetapi apakah itu suatu jaminan? Tentu tidak,
sebab pada ahirnya yang berhak menentukan dimuat tidaknya tulisan anda tersebut
tergantung Redaksi dan Pimpinan Redaksinya.
Dalam upaya menulis di media arus utama
ini, kita perlu banyak belajar dari penulis lain tentang keberhasilan mereka
menembus media massa. Yakni dengan membaca artikel-artikel mereka serta
memperhatikan waktu artikel tersebut dimuat.
Salah satu rubrik paling polpuler adalah opini, dimana banyak penulis
profesional begitu antusias menulis di sini. Karena itu, saya ingin
mengatakannya di sini, bahwa mencoba kemampuan menulis anda bisa diukur dari
sisi ini. Meski demikian bukan berarti sebuah tulisan yang tidak bisa dimuat di
suatu kolom opini Surat Kabar berarti tulisan tersebut jelek. Dalam hal ini ada
terpaut soal selera. Tetapi sebagai calon penulis professional hal seperti ini
bisa jadi pertanda. Mampukah anda membuat tulisan dan dimuat di Koran tersebut.
Mulailah berjenjang, urutkan dari Koran kecil di kota anda, kemudian ke kota
tetangga dan seterusnya hingga Koran terbaik di negeri ini. Menurut saya ide
seperti itu akan mampu menumbuhkan adrenalin kepenulisan anda, dan itu sesuatu
yang menarik.
Saya pernah berada pada kondisi seperti
itu, tetapi motivasinya berbeda. Waktu tahun-tahun 70 an saat masih mahasiswa
di UGM Yogyakarta, saya berjuang untuk bisa menjadi penulis Koran demi
mendapatkan honornya. Saat itu belum ada computer, belum ada wifi dan kehidupan
Online. Yang ada barulah mesin tik dan Tip Eks sebagai penghapusnya. Di tengah
berbagai keterbatasan dan kegiatan perkuliahan, saya melakukan pelatihan
menulis dengan otodidak ( Kisah selengkap nya sobat bisa lihat dibuku saya:
Ketika Semua Jalan Seolah Tertutup… Menulis Malah Memberiku Semuanya). Hasilnya
setelah enam bulan berjuang barulah satu tulisan saya dimuat di Koran Dua Mingguan Eksponen di jalan KH
Dahlan-Yogyakarta. Senangnya bukan main.
Dua bulan berikutnya, hampir semua Koran nasional
sudah menerbitkan artikel-artikel saya. Yang Paling melegakan, saya dapat
mempertahankan penghasilan honor dari tulisan saya tiap bulannya antara 17-35
ribu rupiah. Sutau capaian yang tidak sederhana. Saya masih ingat anak bupati
yang kostnya di Realino waktu itu wesselnya baru sebesar Dua puluh lima ribu
rupiah. Harga beras per Kg baru tiga puluh rupiah. Jadi harga satu artikel di
harian Nasional seperti Kompas-Sinar Harapan dan Surabaya Post waktu itu
bervariasi antara 17,500 sampai 30,000 rupiah atau setara dengan 580 kg -1000
kg beras ukuran sedang, sementara Koran Lokal seperti Kedaulatan Rakyat,
Pikiran Rakyat dan Suara Merdeka bervariasi antara 1500-2500 rupiah. Berkaca
dengan pengalaman ini maka menjadi penulis professional adalah soal kemauan.
Inilah beberapa tips atau kiat yang
umumnya dilakukan para penulis pemula, sehingga tulisannya berhasil menembus
media. Di antaranya;
Perhatikan gaya penulisan media
tersebut. Demikian juga dengan gaya penulisan opininya di koran tersebut, sebab
masing-masing media mempunyai standar dan selera penulisan yang berbeda.
Topik Aktual. Koran terbit setiap hari,
isu berubah setiap saat. Untuk menulis topik aktual, tantangannya adalah untuk tidak hanya mengerti isu-isu terdahulu
tapi juga memprediksi isu yang akan datang. Karena itu mengikuti isu yang
tengah berkembang di media tersebut, namun bukan semacam berita melainkan opini
dengan berbagai perspektif. Sebagai penulis opini, kita dituntut cermat
menghadirkan perspektif baru untuk mengurai persolan yang tengah terjadi bahan
penulisan melalui tersebut tersebut.
Ide Orisinal, Bukan Plagiat atapun
Kompilasi. Terka dang data didapat dari tulisan lain. Tapi yang perlu
diperhatikan, jangan sampai data itu justru menjadi yang utama dalam tulisan.
Kembangkan ide terlebih dahulu baru kemudian data mengikuti.
Argumentasi Logis.Logisme adalah syarat mutlak
supaya ide dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Karena, tujuan menulis
sejatinya adalah untuk menyumbangkan solusi dan tidak bertele-tele. Kurangi
kata ‘kita’. Karena kata ‘kita’ mengesankan tulisan tersebut adalah tajuk
rencana atau tulisan untuk meyapa redaksi. Sebut saja saya atau penulis kecuali
kalau sifatnya memang sudah common sense.
Mengikuti Aturan.Perhatikan betul ejaan yang
digunakan. Perhatikan pula aturan yang ditentukan oleh redaksi, misalnya: jenis
tulisan, jumlah karakter, margin, spasi, dan seterusnya. Sebaik-baiknya tulisan
tapi jika tidak mengikuti aturan tetap akan ditolak oleh redaksi. Kemudian
menggunakan Bahasa yang Sopan.Keba nyakan media kini menerima tulisan melalui
e-mail. Karena kemudahan ini, terkadang kaidah dan etika menulis surat
terabaikan. Tulislah isi e-mail dengan sapaan kepada redaksi dan berisi maksud
e-mail tersebut dengan bahasa yang sopan. Dengan begitu, redaksi jadi lebih
merasa dihormati.
Perbanyak referensi. Sebuah tulisan akan
sulit meyakinkan redaksi kolom opini jika referensinya kurang meyakinkan, entah
itu sebagai data penguat, atau teori yang digunakan dalam menopang perspektif
tulisannya. Meski referensi yang berlebihan juga pasti akan menyebalkan, dan
itu tentu tidak disukai.
Afiliasi dalam sebuah lembaga atau
organisasi. Biasanya, background seorang penulis opini juga dipertim bangkan.
Hal ini bisa dimaklumi, misalkan anda seorang peneliti dari lingkungan
Kementerian Pertahanan. Meskipun apa yang anda tuliskan sebenarnya tidak jauh
beda dari penulis lainnya, tetapi latar belakang anda dari Kementerian terkait
telah mempunyai nilai tersendiri bagi mereka. Lagi pula Harian tersebut ada juga
keinginan untuk melahirkan penulis dari lingkungan Kementerian Pertahanan. Dari
pengalaman penulis sendiri, sering terasa ada perhatian dari Redaksi terkait
dimana posisi penulisnya. Saya masih ingat takkala penulis melakukan penegasan
batas antara Indonesia dan Papua New Guinea, semua tulisan yang saya kirimkan
dari lokasi tersebut dimuat oleh media yang saya kirimi. Begitu juga pada saat
saya melaksanakan Kuliah Kerja Nyata, semua tulisan-tulisan dari lapangan
tersebut dimuat oleh media yang saya kirimi. Kesan saya waktu itu, redaksinya
seperti ingin membantu penulisnya. Dengan kata lain latarbelakang si penulis
termasuk sesuatu yang jadi pertimbangan redaksi.
Juga jangan lupa untuk melampirkan data
diri penulis. Syarat yang satu ini juga penting. Jangan lupa cantumkan scan KTP
atau tanda diri lainnya seperti nomor NPWP, nomor rekening (biasanya ada honor
untuk penulis), dan foto diri . Untuk syarat seperti ini, biasanya agak berbeda
antara Koran yang satu dan lainnya, karena itu perlu disesuaikan dengan
permintaan media bersangkutan
No comments:
Post a Comment